Jadi Anak Asrama - Milikmu Juga Milikku

Selain pondok pesantren, sekolah-sekolah di Riau kini sudah ada yang menyediakan fasilitas asrama alias boarding school. Pasti banyak cerita seru menjadi anak asrama. Pengen tahu? Simak yuk!

“Pasti seru dong, bisa belajar bareng, makan bareng, pokoknya meski jauh dari rumah nggak terasa sendiri deh,” ujar Dhya Suryati, siswi kelas XI MAN 2 Model Pekanbaru. Sekolah ini memang menyediakan asrama untuk para siswi. Tapi sekarang ini memang hanya untuk siswa putri. Asrama untuk putra baru akan dibangun bersamaan dengan pembangunan gedung baru.

“Asrama sangat diperlukan siswa rantauan. Biar orang tua juga nggak khawatir meski tinggal berjauhan,” kata Dhya lagi.

Pendapat Dhya disetujui Futhri, juga siswi MAN 2 Model. Cewek yang jago berpuisi ini menambahkan, fasilitas asrama menurutnya juga membuat para siswa belajar memupuk rasa kebersamaan, solidaritas, dan disiplin.


Super Ketat
Yup. Memang kalo tinggal di asrama, tentu dong kita juga harus ikut berbagai aturan yang super ketat. Pokoknya nggak sama dengan rumah sendiri. Misalnya, jika kita di rumah biasanya bangun jam 8 pagi, tapi tidak dengan di asrama. Biasanya kegiatan di asrama dimulai dari jam 5 subuh.

Mau keluar asrama atau jalan-jalan, harus minta izin dulu sama para pembimbing asrama. “Itu pun ada waktu-waktu tertentu juga, nggak boleh sembarangan,’’ kata seorang siswi MAN 2 Model yang mengaku pernah dihukum karena pulang lewat dari jam 18.00 WIB.

Tapi, ternyata segala aturan itu direspon positif oleh Nita Lestari. “Sejak aku masuk asrama, awalnya sih nggak tahan dengan aturan-aturan itu. Tapi lama-lama aku mulai menyadari betapa pentingnya disiplin itu,’’ katanya salah seorang siswi MAN 2 Model ini.

Rata-rata dari seluruh penghuni asrama di MAN 2 Model yang memiliki dua bangunan ini banyak yang berasal dari luar kota Pekanbaru. Setiap bulan, mereka selalu pulang ke kampung halaman. Selain itu, libur-libur hari sekolah pun mereka pulang ke rumah masing-masing.

Antre Mandi
Muhammad Rafi, salah seorang pelajar SMAN Plus Provinsi Riau juga mengaku asyik-asyik aja tinggal di asrama. Doski bilang, justru dengan tinggal di asrama, kehidupannya mulai tertata dan doski mulai dapat bersosialisasi dengan teman-teman. Selain itu, Veni Yuherliana yang juga merupakan salah seorang siswi SMAN Plus mengaku bisa hidup lebih disiplin dan mandiri.

“Tinggal di asrama tuh asyik. Kita bisa mengerjakan tugas dari guru bersama-sama dengan teman, bisa saling bantu. Kalo dikerjakan bersama, tugas sesulit apapun menjadi lebih mudah kan,” kata Hadi Mulyanto, siswa SMAN Plus. Kalo pun ada dukanya, itu saat harus antre panjang di depan kamar mandi.
“Pokoknya setiap anak asrama harus berjuang untuk tidak terjebak dalam antre panjang di depan kamar mandi,” ceritanya sambil tertawa.

Selain itu, doski juga mengaku bisa menimba sebanyak-banyaknya pengetahuan yang dimiliki teman-temannya dengan cara sharing di asrama jika ada waktu senggang. Selain Hadi Mulyanto, ternyata Windy Febriyanti, juga dapat mengambil pelajaran berharga sejak tinggal di asrama sekolah. Seperti pengalaman doski yang telah jauh-jauh datang dari Tembilahan, demi menuntut ilmu di sekolah yang memiliki tiga asrama ini, doski dapat lebih memaknai arti perjuangan dalam kehidupan.

Boarding school atau sekolah yang berasrama mampu mengajarkan berjuta pengalaman dalam kehidupan yang tidak akan pernah dirasakan oleh seluruh pelajar di dunia ini. Antara teman yang satu dengan teman yang lain harus memiliki jiwa kebersamaan untuk menghindari pertengkaran yang hanya akan merusak keindahan hidup berasrama. Mereka punya satu slogan khas anak asrama: milikmu juga milikku, yang bermaksud menghapus segala perbedaan di antara mereka.

“Selain itu, menjalani hidup di asrama, kita dapat lebih memahami betapa susahnya salah seorang teman kita yang kurang mampu dalam menjalani hidupnya. Dengan hal ini, kita akan dapat lebih berpikir bijaksana dalam memahami setiap problem yang kita miliki dan berusaha untuk mencari solusinya sendiri,” ungkap Reisky, salah seorang pelajar SMAN Plus.

Setali tiga uang dengan keenam teman-temannya di atas, Rahmi dan Desi juga mengungkapkan, walaupun terdapat asam manisnya kehidupan dalam menghadapi hidup di asrama, kita akan mampu menjadi seorang yang tangguh dalam menjalani hidup yang keras ini. Berpisah dengan orang tua, dan teman-teman sedaerah yang sangat kita cintai merupakan salah satu hal yang perlu diperjuangkan agar setiap penderitaan yang terasa mampu menjadi motivasi bagi kita dalam menjalani hidup di asrama.

“Bermain dan belajar dengan teman akan terasa lebih menyenangkan dibanding dengan belajar monoton di kelas dan pulang di waktu tertentu, tanpa adanya teman jika kita ingin mengulang pelajaran di tengah malam yang tenang,” ungkap Rahmi.(Maya & Yelna-SJ)

Dukung: Rusli Zainal Sang Visioner

MOS MAN 2 Model Tak Lagi Berdasi Petai

Pada Minggu-minggu pertengahan Juli ini, sekolah-sekolah di Kota Pekanbaru disibukkan dengan kegiatan penerimaan siswa baru dan acara Masa Orientasi Siswa (MOS). Salah satu sekolah yang sudah mengakhiri kegiatan awal tahun pelajaran baru ini adalah MAN 2 Model Pekanbaru.

Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) ini baru saja menyudahi Masa MOS pada Sabtu (11/7) lalu. Setidaknya ada 192 siswa baru yang terlibat dalam MOS yang diadakan sejak Kamis (9/7) lalu, 47 diantaranya melalui penerimaan siswa unggul.
Berbagai kegiatan dilaksanakan, mulai dari perkenalan bagi siswa tentang lingkungan sekolah, sosialisasi fasilitas sekolah yang tersedia termasuk disana suasana kelas, labor, tempat ibadah dan lain-lain.

Kegiatan yang dipusatkan di kampus MAN 2 jalan Diponegoro itu juga menyertakan latihan kecakapan baris-berbaris dan kedisiplinan. Tidak tanggung-tanggung, seperti tahun lalu instruktur untuk kegiatan yang satu ini langsung didatangkan dari Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).


Namun ada sedikit suasana yang beda dengan tahun lalu, diamana saat ini siswa peserta MOS tidak lagi dibebankan dengan aksesoris yang aneh-aneh seperti dasi petai, kaus warna-warni dan lain-lain.

‘’Tahun ini siswa tidak lagi berdasi petai, dasinya sudah dasi asli dan pakaian merekapun diseragamkan, baju putih celana atau rok hitam,’’ ujar Drs Ali Umar Bakri, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan MAN 2 ketika dikonfirmasi.

Ditambahkannya, ini semua dikarenakan dasi petai atau yang lainnya tidak lagi relevan mengingat MAN 2 Model sekarang sudah berstatus MBI, dan jenis kegiatanpun hanya ditekankan kepada penanaman nilai moral, kedisiplinan, intelektual dan keislaman.

Dari pantauan Xpresi ke lapangan acara berjalan semarak dan atraktif, hal ini terlihat dari antusiasme para peserta mengikuti acara, seperti yang diungkapkan oleh Aulia Nuraini, salah seorang peserta.

‘’Asyik acaranya, kakak-kakak kelasnya seru-seru, terus kalo dapet hukuman pasti hukumannya yang dapat kami ambil pelajarannya,’’ ujarnya.
Hari terakhir MOS, diadakan acara puncak berupa pentas seni yang akan menampilkan kreatifitas, minat dan bakat para siswa baru di Aula MAN 2 Model sekitar pukul 13.00 WIB.

‘’Kami sudah menyiapkan alat dan sarana untuk acaranya (pentas seni,red) berupa keybord dan panggung,’’ ujar Reza, ketua OSIS MAN 2 Model Pekanbaru.(Hendrawan-CCMD)

Dukung: Rusli Zainal Sang Visioner

;;